Siklus Manajemen Pengelolaan Obat
A.
Selection
Selection atau pemilihan obat merupakan proses
kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang ada di apotek, identifikasi pemilihan terapi,
bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Untuk dapat menyeleksi suatu perbekalan farmasi yang
nantinya akan direncanakan harus terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data
yang dapat memberikan gambaran tentang kebutuhan perbekalan farmasi apotek.
Adanya proses seleksi obat mengurangi obat yang tidak memiliki nilai
terapeutik, mengurangi jumlah jenis obat dan meningkatkan efisiensi obat yang
tersedia.
Menurut WHO, tahap-tahap seleksi obat pertama kali harus membuat daftar
masalah kesehatan yang umum dialami. Setelah itu menentukan terapi standar
untuk memilih obat standar yang digunakan dan terapi non obatnya. Tahap ketiga
melihat daftar obat esensial yang ada untuk kemudian dibuat daftar obat yang
berguna. Semua ini bertujuan untuk mendapatkan ketersediaan dan penggunaan obat
yang lebih rasional.
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan pada
kriteria berikut:
a.
Berdasarkan
pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit terbesar).
b. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil farmakokinetik yang baik dan
diproduksi oleh industri lokal.
c. Efektif dan aman berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat
d. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk
manfaat secara financial.
e. Jaminan kualitas termasuk bioavaibilitas dan stabilitas.
f. Sedapat mungkin sediaan tunggal.
Sedangkan
menurut DOEN ada tambahan kriteria seleksi obat yaitu menguntungkan dalam hal
kepatuhan dan penerimaan pasien, memiliki rasio resikomanfaat yang paling
menguntungkan, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan, obat mudah
diperoleh.
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan
suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang
logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses
perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan
strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi
adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk
mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien.Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat,
yaitu :
a. Mengenal
dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan dan
sasaran
b. Persyaratan
barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk
jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku
c. Kecepatan
peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan
anggaran dan prioritas.
Adapun metode perencanaan meliputi :
1.
Metode konsumsi; perhitungan kebutuhan didasarkan pada
data riel konsumsi perbekalan farmasi periode lalu dengan penyesuaian dan
koreksi (2,3,4).
2.
Metode epidemiologi/ morbiditas; perhitungan kebtuhan
didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu/
lead time (2,3,4)
3.
Metode kombinasi konsumsi dan morbiditas; yaitu
menggabungkan keduanya dengan melihat anggaran yang tersedia.
B. Procurement
Procurement atau
pengadaan obat merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit
dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok
eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar
farmasi. Pengadaan
dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan berdasarkan
epidemiologi, konsumsi atau gabungan keduanya dan disesuaikan dana/budget yang
ada untuk menghindari stock out yang
menumpuk. Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat yang
dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu,
proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.
Pengadaan memegang peranan yang penting, karena dengan pengadaan akan
mendapatkan obat dengan harga, mutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan Apotek. Prinsip pengadaan barang/jasa
yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil, akuntabel.
Metode pengadaan melalui pembelian, hibah, produksi.
Sementara pembelian ada 4 metode antara lain :
1.
Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang
terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
2. Tender
terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah
terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik.
3. Negosiasi/
tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
4. Pembelian
langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia
Tahapan pengadaan dimulai dari mereview daftar
perbekalan farmasi yang akan diadakan, menentukan jumlah masing-masing item
yang akan dibeli, menyesuaikan dengan situasi keuangan, memilih metode
pengadaan, memilih rekanan, membuat syarat kntrak kerja, memonitor pengiriman
barang, menerima barang, melakukan pembayaran serta menyimpan kemuian
mendistribusikan.
Evaluasi
procurement meliputi :
o Prosentase kesesuaian pembelian dg perencanaan awal tahunan
o Prosentase kesesuaian dana pembelian dg perencanaan anggaran
o Prosentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium (5).
o Kesesuaian
dana pengadaan obat; jumlah dana anggaran pengadaan obat yang disediakan RS
dibanding jumlah kebutuhan dana.
o Biaya obat
per kunjungan kasus; besaran dana yang tersedia untuk setiap kunjungan kasus.
o Biaya obat
per resep; dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana yang
tersedia untuk setiap resep
o Ketepatan
perencanaan; perencanaan kebutuhan nyata obat untuk RS dibagi pemakaian obat
per tahun.
o Persentase
dan nilai obat rusak; jumlah jenis obat yang rusak dibagi total jenis obat
C. Distribution
Distribusi obat yaitu suatu proses
penyebaran obat secara merata yang teratur kepada yang membutuhkan pada saat
diperlukan. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektivitas sumber daya yang ada, pabrik yang
memproduksi dan menurut khasiat.
Distribusi obat adalah
tanggung jawab Apoteker dengan bantuan AA (Asisten Apoteker) atau tenaga teknis
kefarmasian untuk memberikan kebijakan dan prosedur yang lengkap, untuk
distribusi yang aman dari semua obat. Distribusi obat bertujuan agar
ketersediaan obat tetap terpelihara dan mutu obat tetap stabil.
Sistem distribusi obat di apotek yaitu:
-
Distribusi
langsung (Individual Praescription (IP), yaitu resep individu perorangan).
-
Distribusi
panel
Sementara, sistem
distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada tidaknya
satelit/depo farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat inap.
Berdasarkan
ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua
sistem, yaitu:
-
Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
-
Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
Berdasarkan
distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu:
-
Sistem distribusi obat resep individual
atau permintaan tetap
-
Sistem distribusi obat persediaan
lengkap di ruang
-
Sistem distribusi obat kombinasi resep
individual dan persediaan lengkap di ruang
-
Sistem distribusi obat dosis unit.
D. Use
Use atau
penggunaan obat merupakan proses yang meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan
obat oleh farmasi serta
penggunaan obat oleh pasien. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi
kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok
untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian dan lama
yang sesuai, sesuai dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh
pasien. Penggunaan obat rasional diharapkan dapat mengurangi angka kejadian medication error (ME) dan dapat membuat
biaya yang harus ditanggung pasien jadi seminimal mungkin khususnya terkait
dengan biaya obat.
Monitoring dan evaluasi merupakan
salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan
farmasi. Sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan
serta kolekting data untuk bahan evaluasi. Administrasi
Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen
perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan perbekalan
farmasi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan. Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan
kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya yaitu agar tersedia
data yang akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya informasi yang akurat,
arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan, mendapat data/laporan yang
lengkap untuk membuat perencanaan, dan agar anggaran yang tersedia untuk
pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif.
Pengelolaan obat di apotek tersebut juga tidak lepas dari manajemen pendukung yang meliputi
organisasi, finansial, sistem informasi dan manusia bersumber daya yang bekerja
dengan baik hingga tercipta pengelolaan obat yang efektif, efisien dan saling
mendukung.
Dari keempat faktor di atas, manajemen support (manajemen pendukung)
merupakan faktor yang paling penting, ketika manajemen pendukung tersebut baik
maka keempat faktor lainnya akan baik.
Manajemen adalah tindakan atau seni melakukan, mengatur dan mengawasi
sesuatu untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien, dalam hal ini
kesehatan masyarakat. Ada banyak alasan mengapa obat perlu dikelola dengan baik
dimana agar obat tersedia saat diperlukan, kuantitas mencukupi, mutu menjamin,
mendukung “good quality care” di rumah sakit, serta menambah pendapatan
rumah sakit swasta. Dari sisi manjemen dan keuangan diantaranya pengurangan beban manajemen dan
administrasi, mengurangi pemborosan, menurunkan biaya pengelolaan dan investasi
obat, menghindari kekurangan obat dan menambah pendapatan rumah sakit.
Manajemen pendukung merupakan
tahap pengorganisasian, pendanaan, sumber informasi, perencanaan, evaluasi,
pelayanan, penelitian dan pengamanan yang mencakup seluru tahap Drug Management Cycle. Perlu diingat bahwa seorang
Apoteker harus memiliki kemampuan memanage dirinya sendiri agar dapat menjadi seorang manajer yang berbasis akan
hasil. Kemampuan memanage ini dituang
dalam manajemen pendukung yang meliputi kemampuan organisasi, management keuangan yang memadai, informasi yang terbaru dalam dunia kesehatan dan yang paling
penting yaitu manusia yang bersumber daya.
REFERENSI
1.
Arman,
F., Lesilolo, M.S., dkk, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
2. Quick, et
al., 1997, Managing Drug Suply, 2nd Edition, Kumarin Press, Amerika
3. Siregar,
C.J.P, L. Amalia, 2003, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, EGC, Jakarta
4.
Abert,
C., Banneberg, W., Bates, J., Battersby, A., Beracochea, E., 2012, Managing
Access to Medicines and Health Technologies, Management Science for
Health Inc.
Komentar
Posting Komentar